Key Fundamental of ESOMAR Code and MARS

KEY FUNDAMENTALS OF THE CODE (ESOMAR)

Does MARS or any Indonesian Marketing Research Institution applied these code of conducts in their daily activities?  It’s a  pity to be confessed,  we never know the right answer.

For the MARS, did they had behave ethically, shall not do anything which might damage the reputation of market research?

For the all field researcher all over Indonesia, if you found that one of marketing research institution declared him/herself as a part of ESOMAR, consider to learn about ESOMAR, so you may find, that you, and your own personal integration are safe.

These Codes  of Conduct can be find at ESOMAR (www.esomar.org)

Key Fundamentals of ESOMAR codes are :

  • Market researchers shall conform to all relevant national and international laws.

  • Market researchers shall behave ethically and shall not do anything which might damage the reputation of market research.

  • Market researchers shall take special care when carrying out research among children and young people.

  • Respondents’ cooperation is voluntary and must be based on adequate, and not misleading, information about the general purpose and nature of the project when their agreement to participate is being obtained and all such statements shall be honoured.

  • The rights of respondents as private individuals shall be respected by market researchers and they shall not be harmed or adversely affected as the direct result of cooperating in a market research project.

  • Market researchers shall never allow personal data they collect in a market research project to be used for any purpose other than market research.

  • Market researchers shall ensure that projects and activities are designed, carried out, reported and documented accurately, transparently and objectively.

  • Market researchers shall conform to the accepted principles of fair competition.

Posted in Laughing to Extinction with MARS, Marketing Research, To Laugh in Agony | Tagged , , , , , , | 1 Comment

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun : Sudah Terlambat dibayarkan, Akan Dipotong pula, just rumors?

Disclaimer :

Demi menjaga prinsip cover both side dalam proses pengungkapan informasi dan berita, tulisan ini juga diping ke website PT MARS, silakan membantah apabila informasi dan tulisan ini harus Anda bantah, boleh lewat komentar, dan atau kami juga akan tampilkan bantahan Anda menjadi judul sendiri, silakan, terima kasih. Selain itu, kami juga ping ke ESOMAR, semoga bisa menjadikan Marketing Research lebih baik lagi, amin.

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun….Itu kata-kata yang pertama kali saya ucap, ketika seorang interviewer MARS, menelpon, saat saya akan sahur menyampaikan berita, bahwa terkait pembayaran, karena target yang diberikan oleh MARS tidak tercapai,  uang pembayaran fee, hanya dibayarkan 80%,  sisa 20% lagi akan dibayarkan setelah lebaran….

Hebatnya lagi, tidak hanya fee questionnairre, melainkan  juga fee atau salary bagi  Supervisor dan Team Leader akan dipotong….Keren, Jumawa, dan HEBAT sekali MARS….

Berita ini kami dapat dari Interviewer /DCO Kota Tangerang, ia mengatakan bahwa Supervisor Tangerang, dibebani target 5000 questionnairre, tapi karena tidak tercapai target, maka seluruh anggota tim Tangerang mendapatkan konsekuensi dipotong 20% dari hak mereka, 80% dibayarkan sebelum Lebaran, kabarnya tanggal 8 September, dan 20% lagi setelah Lebaran, entah kapan….

Berikut Fakta-Fakta yang dapat kami simak dari teman-teman DCO :

Fakta 1. : Target perinterviewer 20 outlet perhari

Pada saat briefing di daerah Kemang, kami mendapatkan informasi bahwa ketika Team Leader diminta untuk melakukan proses pengambilan data, ia membutuhkan waktu 45 menit untuk satu outlet. Itu Rombong atau Kios Rokok di pinggir jalan. Pada waktu itu secara pribadi saya sempat bertanya kepada Imam Fauzie, berapa waktu yang diukur secara jam kerja oleh MARS, ia mengatakan 8 jam, maka dengan hitungan ANAK SD, 8 jam berarti 480 menit, maka apabila dibagi dengan 45 menit, hanya menghasilkan 10 outlet (tanpa menghitung waktu berjalan seorang interviewer dari satu outlet ke outlet lain). Tentu, tidak semua outlet memiliki ragam variant produk rokok yang sama, pada kasus Warteg, mereka hanya punya 4 – 5 variant, maka pada saat itu, wawancara dan penghitungan stock, mungkin hanya membutuhkan waktu 15 menit saja.

Fakta di  lapangan, apabila target 20 outlet, hanya membutuhkan waktu 300 menit, dengan catatan, satu hari tersebut Anda hanya mewawancarai Warteg saja, bayangkan, apabila satu jalan di satu kelurahan di wilayah Cileduk, kita harus sim salambimkan menjadi Warteg? kalau kita bisa kenapa gak kita menggantikan Deddy Corbuzier, ngapain susah-susah jadi petugas lapangan di MARS. Innna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun…Apakah mungkin dalam satu jarak tempuh di Cileduk Raya, sejauh 500 meter terdiri hanya dari Warteg, tidak ada kios rokok, toko kelontong bahkan agen/grosir? Bohong besar, dalam satu hari perjalanan seorang interviewer, dengan memakai rute yang benar, dapat menemukan 20 warteg sebagai outlet yang dapat ia wawancarai dalam satu hari yang sama.

Fakta 2

Wawancara dan hitung stok pada agen, contoh Kasus di Kelurahan Larangan Utara dan Sudimara Barat, menghabiskan waktu masing-masing lebih dari 90 menit, can you imagine that? Apakah mungkin kita mewawancarai  agen grosir, lalu meminta mereka mengosongkan waktunya untuk kita wawancara? hampir mustahil. Wawancara yang dimungkinkan adalah  sembari mereka melayani pelanggan atau tidak sama sekali. Aduh, sebenarnya MARS mengharapkan apa sih? Kita mendapatkan data yang valid atau kita menghasilkan target dengan tutup mata atas validitas data karena memang rekan-rekan di korporasi MARS terdiri dari para statician expert, sehingga data valid atau tidak, mereka dapat mempermaknya hingga sound realistic and logic? Aneh… masih mungkinkah dalam satu hari perjalanan seorang interviewer hanya mendapatkan satu tipe outlet? Mustahil…. Mari kita bayangkan informasi dari Imam Fauzie, waktu kerja di MARS dihitung delapan jam, dengan asumsi sebagai berikut :

1. Warteg        =  4 outlet        =  1 jam

2.Kios Rokok = 4 outlet             =   3 jam

3. Toko Kelontong = 4 outlet    = 3  jam

4 . Agen       = 1 outlet               =  1,5 jam

5. Jarak tempuh perjalanan, sekaligus menanda di peta =0,5 jam

Total keseluruhan adalah  9 jam dengan perolehan 13 outlet…jadi kekurangannya 7 outlet, dengan pembagian yang relatif sama, dibutuhkan  waktu sebagai berikut :

1. Warteg   : 2 outlet                   = 30 menit

2. Rombong/Kios Rokok : 2 outlet = 90 menit

3. Toko Kelontong : 2 outlet = 90 menit

4. Agen/Grosir = 1 outlet = 90 menit

5. Perjalanan antara 7 outlet, termasuk pembuatan peta, evaluasi atas wawancara = 30 menit

Maka jumlahnya adalah 7 outlet dan 330 menit atau ekuivalen dengan  5, 5          atau dengan kata lain, interviewer membutuhkan waktu 14,5 jam untuk mendapatkan 20 outlet sehari. Itu dengan asumsi ia melakukan penghitungan stock rokok dengan benar, bukan cap cip cup kembang kuncup.  Apabila interviewer itu sampai di lapangan jam 9 Pagi, ia akan pulang jam 11.30 malam, itu tanpa istirahat baik berupa makan siang, atau sholat (atau jangan-jangan para top manajemen di MARS tidak butuh makan apalagi menyembah TUHAN YME, kebesaran MARS saat ini,murni hasil kerja keras manusia, tidak ada sama sekali andil TUHAN YME di situ?

Tentu, sebaran tipe outlet sulit diduga, tapi logika begonya, target 20 outlet, bila melalui proses pengecekan dan penghitungan stok yang benar, minimal membutuhkan waktu 10 – 12 jam…Ada kompensasi atas kelebihan jam kerja seperti yang ditargetkan MARS boss? Atau pihak klien tidak peduli data valid atau tidak yang penting bagi mereka 20 outlet perhari, titik,kalau iya, kenapa mesti harus ada research turun lapangan? Cukup cap cip cup depan kuburan, dah kelar tuh riset…wah…

Fakta 3
Informasi yang saya dapatkan, basecamp Tangerang berada di Pamulang, sementara Target lapangan ada di Kota Tangerang bukan di Kota Tangerang Selatan. Jarak tempuh dari basecamp ke lapangan, minimal 30 menit dengan motor. Jadi, kebayangkan betapa too dramatic the target decided by MARS? To be honest, when we  were at project briefing, Imam said to us, the target can be changed based on the realistic condition at daily DCO operation….Was  Imam told that speech as a representative of MARS or only as individual?  For GOD’s sake, What A Firm!

Fakta 4

The Tangerang DCO told us, Tangerang Supervisor has tried to negotiate to the Mars, as the fee paid for 90%  from the real sum. But the target agreed by MARS, only 80%…Oh God….To be honest, as we have signed the agreement, the date to be paid by MARS (verificator and DCO) was every 28th of month. Kalau MARS yang telat, ada hukuman atau penalty boss? Bahkan hingga  kini, kami belum terima salinan surat perjanjian?

Akhirnya, semoga pengalaman mengerikan ini cukup terjadi di kami, para field researcher PT MARS untuk project yang bernama RCS 2010. Dan semoga pihak firma riset lain, tidak mengikuti tindakan yang tidak terpuji ini. Percayalah untuk satu dua hingga beberapa puluh proyek, Anda dapat bernafas lega, karena memang sebagian besar interviewer Anda berpendidikan terbatas, tapi kalau suatu ketika Anda mendapatkan beberapa interviewer yang cukup melek dunia, jangan-jangan isu perusahaan Anda menjadi trending topic di Twitter, mengalahkan Ariel Peterporn atau  Keong Racun…

Semoga semakin hari, rakyat Indonesia yang berpendidikan dan memiliki usaha dapat lebih menghargai sesama rakyat Indonesia yang lain, yang kebetulan tidak memiliki pendidikan yang cukup dan baru mampu menjadi pekerja. Janganlah meniru para politikus yang cenderung korup (sayangnya kalau korupsi di perusahaan swasta, tidak bisa diangkat ke KPK sih…duh….)

Kami mengerti, bahwa uang 1 – 3 juta rupiah bagi para petinggi PT MARS bukanlah hal yang berat, jangan-jangan bagi para petinggi MARS uang sejumlah tersebut, habis dikonsumsi dalam sehari…Bayangkan dan bandingkan dengan kami, yang susah payah, mengatur, gali lobang tutup lobang untuk menjaga agar dapur ngebul?

Kami tidak menutup mata, apabila ada interviewer yang tidak jujur, tapi sebagai perusahaan besar dan modern, sudah seharusnya Anda dapat membuat pendataan, sehingga mereka yang bekerja dengan benar tidak dikorbankan dan mereka yang tidak benar, dijadikan pembenaran bagi Anda untuk berbuat semena-mena atas yang lainnya.

Sebagai Renungan saya ingin mengingatkan :

Susilo Bambang Yudhoyono, mengecewakan Siti Fadhillah (mantan menkes; kabarnya akan  diangkat kembali di KIB II) dan Anggito Abimanyu (yang seharusnya dilantik menjadi wakil menteri)…Tapi dengan jumawa SBY tidak mengindahkan hal tersebut, saat ini, sebagai individu berpendidikan, Anda dan para top manajemen MARS, beserta seluruh rakyat Indonesia mengetahui dengan jelas, citra SBY turun, bahkan semakin banyak orang yang membencinya (terutama mereka yang cukup berpendidikan dan tidak bermental penjilat)…Mari, berpikir kreatif, bayangkan apabila hal ini terjadi di MARS!? Ingat, sekalipun Anda dan para TOP MANAJEMEN MARS tidak mempercayai TUHAN YME, kami yakin TUHAN YME akan mendengarkan doa orang yang teraniaya. Terima kasih.

Posted in Laughing to Extinction with MARS, Marketing Research, To Laugh in Agony | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , | 19 Comments

The Difference Between Beggars and Field Researchers

In MARS, by this Ramadhan, we find the  similarity and difference between beggars and us. Of course, before talking about differentiation, we have to gather some information about the similarity of the both

The beggars are need money, especially in Ramadhan, to let their family happy in Iedul Fithri. And begging is their way to earn the money, in spite of their laziness, some of them use their right  to do so, as the paid sum for the local bureaucracy (for some extent, you can see this romantic and dynamic life, as a circle of  Satan in Depok or Bintaro)

The field researchers of MARS, doing the right jobs, fulfilled their role  as a consequence in order to obtain some fee or salary from MARS, but in contrary,  by the systematically   corporate rule, has to beg, on and on, like a beggar to the corporation, to find sum of  their right, if only the sum can let  let their family live happilly at least, in Iedul Fithri.

So, by the consideration of  Article 33 of Indonesian Basic Law, MARS try to play the role  as Indonesian Government obligation. But, It’s hard to confess, by the end of 2009, Indonesian Government already changed to the  Suck Government (we have a lot of data to authenticate this argument) , what About the MARS?

Posted in Laughing to Extinction with MARS, Marketing Research, To Laugh in Agony | Tagged , , , , , , , , | Leave a comment

No Pay For The Death of Financial Manager

Once upon a time, in July 2010, MARS delayed to pay the fee of field researcher. Unfortunately, there were rumors among field researcher, that MARS are well known as the  “always late to pay the fee” among research institution in Indonesia. To overcome the rumors, MARS sent his regional coordinator of project, to explain to the people the case of being late (in paying them).

At the project base camp, Mr.X, as a representative, gather the team leaders, explained  them clearly, that  the illness of financial manager or MARS commissioner is the only reason, or as a shit happens  in project financial schedule.

He told them, not to worried about MARS financial condition, ‘because we have to spent a bulk of money, among One Billion Rupiah for today, so the decision goes to the top management level, and cannot be approved by other. So, when  the top manager sick, the schedule are delayed, he added.

Afterwards, the team leaders  goes to gather their members of team. A lot of unhappiness occurs in their team face. As soon as  one of team leader  try to explain  the reason, an interviewer  cut of  his speech :“Ok, for this reason (being late as the top manager suffering from the illness), but what if  the top manager die, should we dig his cemetery and asking the death body to pay our fee?

Other  interviewer shouted  with the noisy sound  “ For God’s sake, I thought MARS  was a  credible   Marketing Research Institution, as  it has has  billions rupiah bills annually, but, by now, I know, this information ruined me, MARS only a traditional corporation which neglected the principles of management;  to delegate a job responsibility, What a Shame!

The crowds were surprised with the shout, and  the explanation from team leader never concluded in the mind of interviewers except, MARS will die, if the commissioner or top management pass away. What a pity!

Posted in Laughing to Extinction with MARS, Marketing Research, To Laugh in Agony | Tagged , , , , , , , , , | Leave a comment

Hello Field Researchers all over the world!

Hi, First, we are not aliens whom came from MARS

We are only  field researchers in Indonesia

Please allow us to share our experiences, especially in field research; marketing research, from this blog

Also, thanks to WordPress whom allow us to share within!

Posted in Marketing Research | Tagged , , | 1 Comment